Pertamina Siapkan Kilang Plaju dan Dumai untuk Genjot Produksi Bioavtur

Pertamina (Persero) mengumumkan kesiapan dua kilang strategis, Kilang Plaju di Sumatera Selatan dan Kilang Dumai di Riau, untuk meningkatkan produksi bioavtur (bahan bakar penerbangan berbasis nabati). Langkah ini mendukung transisi energi dan target emisi karbon nol bersih pada 2060. Pertamina berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan energi terbarukan, khususnya di sektor penerbangan.

Kilang Plaju dan Dumai Siap Produksi Bioavtur

Kilang Plaju dan Dumai dipilih sebagai lokasi utama produksi bioavtur karena keduanya memiliki fasilitas yang dapat dioptimalkan. Pertamina berencana mengolah minyak sawit (CPO) menjadi bioavtur melalui proses hidroprosesing. Bioavtur ini lebih ramah lingkungan dibandingkan avtur konvensional.

“Melalui peningkatan kapasitas produksi di Kilang Plaju dan Dumai, kami ingin memenuhi kebutuhan bioavtur yang diperkirakan terus meningkat. Ini kontribusi kami untuk mendukung sektor penerbangan yang lebih berkelanjutan,” ujar Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.

Dampak Positif untuk Industri Penerbangan dan Lingkungan

Produksi bioavtur di Indonesia diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor avtur fosil. Penggunaan bioavtur juga dapat menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor transportasi udara. Ini sejalan dengan target pemerintah mengurangi emisi sebesar 29% pada 2030.

Bioavtur yang dihasilkan dari minyak sawit lebih ramah lingkungan karena berasal dari sumber terbarukan. Ini membantu mengurangi jejak karbon penerbangan, menjadi langkah besar menuju industri penerbangan berkelanjutan.

Pertamina Kolaborasi dengan Maskapai dan Pemerintah

Pertamina juga menjalin komunikasi dengan maskapai penerbangan Indonesia untuk menerapkan bioavtur pada penerbangan domestik. Kolaborasi dengan maskapai penting untuk memastikan ketersediaan bioavtur yang cukup.

“Untuk memulai, kami fokus pada penerbangan domestik dan berharap bisa uji coba penggunaan bioavtur pada 2025. Kami juga berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Kementerian Perhubungan untuk memastikan kebijakan ini sesuai peraturan,” kata Nicke.

Tantangan dan Harapan ke Depan Pertamina

Produksi bioavtur membawa banyak manfaat, tetapi Pertamina menyadari tantangan besar, terutama dalam pengadaan bahan baku yang berkelanjutan. Pertamina akan bekerja sama dengan petani kelapa sawit lokal dan sektor terkait untuk memastikan pasokan CPO yang berkelanjutan, tanpa dampak negatif bagi lingkungan.

“Ke depan, kami akan memastikan keberlanjutan pasokan bahan baku. Kami akan bekerja sama dengan pihak terkait agar produksi bioavtur mendukung sektor penerbangan, ekonomi lokal, dan keberlanjutan lingkungan,” ungkap Nicke.

Penutupan

Dengan meningkatnya kapasitas produksi bioavtur di Kilang Plaju dan Kilang Dumai, Pertamina berharap dapat memenuhi kebutuhan energi terbarukan di penerbangan dan mendukung target pengurangan emisi karbon Indonesia. Langkah ini juga memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal dan industri penerbangan tanah air.